PENGUJIAN DAYA HASIL DAN UJI MULTILOKASI TANAMAN KACANG – KACANGAN

Tugas : Pengujian daya hasil dan pengujian multilokasi pada tanaman kacang-kacangan
Nama : Fitria Agustina S
B. Peminatan : Teknlogi benih

PENGUJIAN DAYA HASIL DAN UJI MULTILOKASI TANAMAN KACANG – KACANGAN

Pemuliaan partisipatif
Pemuliaan tanaman secara sederhana didefinisikan sebagai upaya untuk mendapatkan varietas yang lebih unggul dari varietas yang sudah ada. Keunggulan suatu varietas dapat dinilai berdasarkan hasil, mutu hasil, ketahanan terhadap hama penyakit dan toleransi terhadap cekaman lingkungan abiotik. Tolok ukur keunggulan varietas mengisyaratkan bahwa pemuliaan tanaman memerlukan kerja sama berbagai bidang keahlian, terutama genetika, biologi, ekofisiologi, entomologi, fitopatologi dan statistika.


Pemuliaan tanaman merupakan proses yang berjenjang dan bertahap hingga dilepasnya varietas unggul baru. Proses ini memerlukan waktu 5-7 tahun. Terdapat tiga kegiatan utama dalam pemuliaan tanaman, yakni: (1) pembentukan populasi dasar yang memiliki keragaman genetik untuk karakter yang diperbaiki; (2) pembentukan galur-galur sebagai unit seleksi dari populasi dasar; dan (3) seleksi galur melalui uji daya hasil. Semua tahapan tersebut dapat dilakukan sendiri oleh lembaga penyelenggara pemuliaan, namun untuk tahapan tertentu dapat pula dikerjakan bersama-sama dengan pihak lain (partisipan) seperti petani, penyuluh,
dosen, mahasiswa, dan pengkaji.
Tujuan pemuliaan partisipatif adalah untuk meningkatkan efisiensi sumberdaya dan produktivitas program pemuliaan dalam menghasilkan varietas unggul. Bagi Indonesia yang memiliki keragaman agroekosistem, pemuliaan partisipatif memungkinkan bagi terbentuknya varietas deskriminatif, sesuai dengan yang diinginkan.
Pengujian daya hasil pendahuluan, daya hasil lanjutan, uji multilokasi, dan uji adaptasi pada prinsipnya termasuk dalam tipe percobaan yang sama yaitu tipe uji keturunan yang menggunakan ulangan. Hal yang menbedakan diantara semua tipe pengujian daya hasil tersebut adalah tingkat generasi silang sendiri dari galur yang diuji.

Uji Daya Hasil
Berbagai galur yang dihasilkan dari kegiatan pembentukan galur digunakan sebagai unit seleksi melalui uji daya hasil. Pada uji daya hasil, tolok ukur seleksinya adalah hasil per petak dan pengamatan karakter lain dilakukan juga per petak. Pemilihan galur menggunakan varietas pembanding dari tetua terbaiknya dan dengan varietas unggul populer. Karenanya, uji daya hasil menggunakan berbagai rancangan seperti acak kelompok dengan beberapa ulangan.
Uji daya hasil dibedakan ke dalam uji daya hasil pendahuluan (UDHP), uji daya hasil lanjut (UDHL), dan uji multilokasi (UML). Pada uji daya hasil pendahuluan, jumlah galur yang diuji banyak, namun benih yang tersedia belum banyak, sehingga UDHL umumnya dilakukan pada satu lokasi dan satu musim dan ukuran petaknya seringkali belum mencapai ukuran minimum 8 m2. Pada UDHL, galur yang diuji biasanya berkisar 5-10% dari total galur UDHP dan dilakukan sedikitnya di dua lokasi dalam dua musim. Tujuannya adalah untuk menghindari
kesalahan pemilihan galur karena pengaruh interaksi galur, musim, dan lokasi. Galur yang terpilih dalam UDHL berkisar 2,5-5% dan disebut sebagai galur harapan, yang selanjutnya dipilih lagi yang terbaik melalui uji multilokasi dalam delapan lokasi dalam dua musim tanam di setiap lokasi. Satu-dua galur harapan terpilih dari uji multilokasi diusulkan untuk dilepas sebagai varietas unggul baru. Waktu yang diperlukan sejak persilangan hingga usulan pelepasan varietas berkisar 10-11 musim tanam, atau 5,0-5,5 tahun. Hal tersebut menyiratkan besarnya tenaga, biaya, dan fasilitas pendukung agar benih bertahan hidup selama proses seleksi. Dalam kaitan itu, pemuliaan partisipatif memiliki arti penting, efisien dalam pengujian pada lingkungan yang beragam, agar dihasilkan varietas deskriminatif atau varietas yang beradaptasi khusus.
Seleksi melalui uji daya hasil merupakan tahap paling kritis dalam kegiatan pemuliaan karena terbentur pada waktu, tenaga dan biaya. Telah banyak upaya yang dilakukan, terutama melalui pendekatan statistik, yang hasilnya di lapangan belum memuaskan karena waktu dan biaya pengujian masih cukup besar. Karenanya, diperlukan upaya lain tetapi dari sisi statistik masih dapat diterima dan secara ekomomi layak. Banyak kajian telah dilakukan untuk memecahkan masalah tersebut, namun umumnya melalui pendekatan statistik, yakni upaya untuk menekan galat percobaan sekecil mungkin melalui uji berdasarkan kombinasi optimum ulangan, musim, dan lokasi (LeCreg, 1966). Mak et al. (1978) menyarankan penggunaan analisis peragam
untuk mengurangi pengaruh keragaman tanah. Sayangnya, hal itu belum dikembangkan ke dalam suatu sistem analisis yang lengkap (Busey, 1983). Bagi negara seperti Indonesia yang memiliki keragaman lingkungan sangat besar, namun dalam luasan yang sempit, McWhirter (1994) menyarankan agar pengujian galur dilakukan di lahan petani. Dengan cara tersebut, tahap seleksi akhir dilakukan oleh petani. Pengenalan varietas dan perbanyakan benih dapat dilakukan sekaligus sehingga efisiensi waktu pemuliaan dapat dicapai.
Perlunya alternatif program untuk mengatasi masalah biaya tinggi dan waktu panjang dalam pengujian galur didasarkan pada kenyataan bahwa:
1. Pengujian galur pada program pemuliaan konvensional berskala kecil. Hal tersebut dinilai mahal karena sifatnya padat karya dan akan menambah waktu dalam menghasilkan varietas.
2. Tuntutan mengumpulkan data dalam beberapa musim dari berbagai lokasi akan menyita waktu lama.
3. Program pengujian rawan terhadap kegagalan karena data hilang, gangguan musim (kekeringan dan kebanjiran), serangan organisme pengganggu yang berakibat pada bertambah lamanya waktu pengujian.
4. Waktu yang diperlukan untuk pengujian adalah empat musim (dua musim penghujan dan 2 musim kemarau) jika interaksi genotipe x lingkungan dapat diabaikan, tetapi perlu 6-8 musim bila pengumpulan data semua musim dan lokasi merupakan syarat penting bagi suatu galur untuk dilepas sebagai varietas.
5. Waktu pengujian yang lama tanpa adanya jaminan terhadap keberhasilan dalam melepas varietas kurang menarik bagi penyandang dana dalam membiayai pengujian yang mungkin tertarik untuk memegang lisensi bila varietas dilepas.
6. Pengujian galur manjadi dilema, karena tanpa melalui tahap pengujian galur maka tidak ada program pemuliaan dan tidak akan ada varietas yang dilepas.
Pengujian atau seleksi harus mendapatkan keuntungan/kamajuan seleksi yang besar, yang secara matematik dirumuskan sebagai berikut:
Xt = Xo + D G

dimana:
Xt = nilai tengah galur setelah seleksi
Xo = nilai tengah galur sebelum seleksi
DG = keuntungan genetik dari seleksi.
D G = k.p.S2g /{y(S2g + S2ge + S2e)}
dimana:
k = intensitas seleksi dalam unit standar
p = kontrol polinasi
S2g = ragam genetik tersedia di dalam galur
S2ge = ragam interaksi genotipe dan lingkungan
S2e = ragam lingkungan
Y = waktu yang diperlukan dari pembentukan populasi hingga pengujian.
Guna memperbesar keuntungan atau kemajuan seleksi, maka intensitas seleksi, kontrol polinasi, dan ragam genetik aditif harus besar, dengan waktu (y), ragam interaksi genotipe dan lingkungan serta ragam lingkungan harus kecil. Intesitas seleksi (k) akan besar bila:
o galur yang diuji banyak (>200 galur)
o persentase galur yang dipilih kecil
o untuk intensitas seleksi 2, 5, 10, 20, dan 30%, nilai k berturut-turut adalah 2,42, 2,06, 1,76, 1,40, dan 1,16 (Allard, 1960).
Kontrol polinasi (p):
o p = 1 untuk tanman berserbuk-sendiri, karena gamet jantan dan betina yang dipilih berasal dari tanaman itu sendiri.
o Pada tanaman berserbuk-silang, p = 0,5 bila hanya induk betina yang dipilih, dan induk jantan berasal dari populasi (misal seleksi massa pada jagung). p = 1 bila gamet jantan DNA betina dipilih.
Ragam genetik aditif besar jika:
o galur yang diuji banyak,
o galur yang diuji berkerabat jauh (misalnya asal F2),
o galur yang diuji mendekati homosigot, dan
o galur yang diuji berasal dari hasil silangan di antara tetua yang memiliki latar belakang genetik yang berbeda.
Waktu (y) akan kecil jika:
Semakin singkat waktu yang diperlukan dari pembentukan populasi dasar hingga pengujian semakin efisien program pemuliaan, karena biaya yang diperlukan untuk membuat varietas semakin rendah.
Cara:
• 2-3 kali tanam/tahun
• menggunakan skema seleksi SSD (single seed descent)
• uji daya hasil mulai dari F4/F5.
Memperkecil GE dan E dengan:
1. Uji di lingkungan yang relatif homogen dan representatif
2. Kombinasi ulangan, musim dan lokasi optimum.
3. Penguasan terhadap kontrol lokal suatu percobaan memadai.

Uji Multilokasi
Tujuan
1. Menguji potensi hasil, ketahanan terhadap hama/penyakit dan sifat-sifat agronomis lainnya dari beberapa galur harapan tanaman kacang-kacangan (kedelai, kacang tanah, kacang hijau, kacang tunggak, kacang gude, kacang komak dan kacang panjang) di berbagai daerah sentra produksi tanaman yang bersangkutan sedikitnya dalam dua musim tanam (MP dan MK).
2. Mengidentifikasi galur harapan yang memiliki adaptasi khusus di daerah sentra produksi, termasuk preferensi petaninya.
3. Mendapatkan data hasil dan sifat agronomi penting sedikitnya dari 16 lokasi percobaan dari 8 lokasi sentra produkai dalam 2 kali percobaan (MK dan MP).
4. Memberikan bimbingan teknis bagi peneliti BPTP sehingga dapat berperan aktif sebagai seleksionis (co-breeder).

1. Pemilihan Lokasi
1. Lokasi untuk uji multilokasi hendaknya ditempatkan di daerah sentra produksi komoditas yang bersangkutan.
2. Letak lokasi diusahakan sedemikian rupa sehingga dapat mewakili daerah sentra produksi, mudah dicapai untuk memudahkan pengawasan dan pelaksanaan, mudah dilihat oleh umum/petani.
3. Lahan yang digunakan untuk percobaan seyogianya milik petani, namun lahan lainnya dapat digunakan asal sesuai dengan butir (a) dan (b) di atas. Bila menggunakan lahan milik petani diusahakan dipilih petani maju yang responsive terhadap teknologi dan bersedia membantu pelaksanaan percobaan.
4. Lahan untuk uji multilokasi diusahakan kesuburannya merata, drainasenya baik dan dapat menampung semua perlakuan (galur) dalam satu petakan.
5. Dalam pemilihan lokasi agar dihindari pemilihan lokasi yang merupakan daerah endemik hama/penyakit, daerah yang sering tergenang air, lahan miring, lahan terlindung, lahan dekat penggembalaan ternak dll. yang menyebabkan pertumbuhan tanaman tidak optimal atau dapat menggagalkan percobaan.
6. Dalam pemilihan lokasi agar dihindari lahan bekas pertanaman dari komoditas sejenis.

2. Pengolahan tanah
1. Tanah untuk uji multilokasi agar diolah sempurna, sehingga struktur tanah cukup baik, bebas dari gulma/tanaman sebelumnya. Pengolahan tanah dengan 2 kali bajak dan 2 kali garu serta diratakan dengan memadai.
2. Setelah tanah diratakan, diteruskan dengan pembuatan petakan/guludan yang ukurannya sesuai dengan ketentuan untuk masing-masing komoditas dan arah petakan mengikuti arah kesuburan tanah.
3. Saluran drainase dibuat di antara petakan dengan lebar sekitar 30 cm dan dalam 20 cm.
4. Petak minimum. Petak minimum bersih, untuk percobaan multilokasi tanaman kedelai, kacang tanah, kacang hijau adalah 8 m2, atau setiap galur ditanam dalam 4 baris sepanjang 5 m. Dengan menambah dua barisan tanaman pinggir, maka diperoleh petak minimum percobaan kedelai, kacang tanah, kacang hijau harus dapat menampung 6 baris tanaman sepanjang 5 m untuk setiap galur. Misal dengan jarak tanam 40 cm x 10 cm, maka akan diperoleh petak minimum seluas 2,4 m x 5 m, atau 12 m2.

3. Persiapan tanam
Waktu tanam mengikuti waktu dan pola tanam setempat serta diusahakan bersamaan dengan pertanaman penduduk sekitarnya. Sebagai pedoman waktu tanam yang baik untuk:
1. Lahan kering: pada lahan kering kedelai, kacang hijau, dan kacang tunggak ditanam pada awal musim penghujan yaitu bulan Oktober-November, sehingga panen jatuh pada musim kemarau. Untuk kacang tanah biasanya ditanam sesudah tanaman jagung dipanen, yaitu bulan Februari-Maret tergantung dari tipe iklim setempat.
2. Lahan sawah: kedelai, kacang hijau, dan kacang tunggak ditanam selambatlambatnya 7 hari setelah padi dipanen kedelai harus sudah ditanam agar terhindar dari kekeringan pada periode generatif. Kacang tanah lahan sawah ditanam setelah panen padi (April-Juni) dan dipilih lahan yang struktur tanahnya ringan agar panen yang terjadi pada musim kemarau tidak banyak polong yang tertinggal di dalam tanah.

4. Pengamatan daya tumbuh benih
Daya tumbuh perlu diuji setelah benih diterima dan bila daya tumbuhnya kurang dari 90% harus segera dilaporkan kepada instansi/pemulia tanaman yang bersangkutan agar mendapatkan benih penggantinya. Daya tumbuh benih pada saat tanam minimal 90%.

Jarak tanam
 Kedelai umur genjah = 30 x 15 cm, 2 biji/lubang
 Kedelai umur sedang = 40 x 20 cm, 2 biji/lubang
 Kedelai umur dalam = 50 x 20 cm, 2 biji/lubang
 Kacang hijau bercabang sedikit = 40 x 15 cm, 2 biji/lubang
 Kacang hujau bercabang banyak = 40 x 20 cm, 2 biji/lubang
 Kacang tanah, (40 cm x 10 cm) dan 1 biji/lubang
 Kacang tunggak, (40 cm x 20 cm) dan 2 biji/lubang

5. Penugalan
Sebelum tugal agar disediakan dua utas tali yang telah ditandai sesuai jarak tanam, panjang sesuai dengan panjang petak, dan tali tersebut ditempatkan dua sisi petak.
Barisan tugal pertama (pinggir) dalam setiap petak dibuat setengah jarak tanam antarbaris dari sisi lainnya. Ukuran petak sesuai dengan ketentuan untuk masing-masing komoditas demikian pula jumlah benih tiap lubang. Dalam lubang tugal 3-4 cm sehingga benih terbenam di dalam tanah.

6. Penempatan benih
Kantong benih/ikatan stek suatu galur/klon ditempatkan pada petak percobaan sesuai dengan label percobaan yang terpasang.

7. Tanam
Sebelum benih ditanam, dilakukan pemeriksaaan terhadap perlakukan (benih dalam kantong/ikatan stek) dan label. Bila telah sesuai, maka benih dapat ditanam di lubang tugal dari petak yang bersangkutan. Banyaknya benih yang ditanam/lubang minimal sama dengan rencana
penelitian misal 2 biji/lubang. Bila daya kecambah benih sebelum tanam tinggi, maka benih/lubang sesuai dengan rencana, namun bila daya kecambah benih hanya sekitar 80% maka jumlah benih/lubang perlu dilebihi (misal dari 2 biji/lubang menjadi 3 biji/lubang).

8. Pemupukan
Dosis pemupukan, terutama NPK untuk uji multilokasi sama pada semua lokasi agar data dapat dianalisis ragam gabungan dan memudahkan interpretasi data. Jenis, dosis, dan cara pemupukan.
 Cara pemberian pemupukan
Pupuk NPK sesuai dosis (dalam rencana operasional penelitian) seluruhnya sesaat setelah selesai tanam. Pupuk diberikan dalam alur/garitan disisi barisan tanaman (sekitar 7,5 cm dari barisan tanaman, dengan kedalaman sekitar 5-7,5 cm).
Bila keadaan memaksa, pupuk dapat diberikan setalah tanaman tumbuh (6-7 hari setelah tanam).
 Penutupan lubang tanaman dan alur pupuk
Lubang tugal tanaman dan alur/lubang tempat pupuk pada tanah gembur dapat ditutup dengan tanah yang bersangkutan. Tetapi bila tanah tidak gembur, maka lubang tempat benih dan alur pupuk disarankan ditutup dengan pasir atau abu serasah tanaman, atau abu jerami bila ditanam di sawah.

9. Pengairan
Guna mempercepat perkecambahan benih/pertumbuhan stek, maka bila tersedia sarana pengairan perlu dilakukan pengairan. Pengairan selanjutnya dapat diberikan apabila air hujan tidak cukup dan tanaman menunjukkan gejala layu atau tanah telah kering. Pengairan seyogianya
dilaksanakan pada sore hari/malam hari, yakni dengan memasukkan air ke dalam selokan hingga tanah jenuh air. Pada lahan kering, karena pengairannya bergantung dari air hujan, maka tanam perlu dilakukan 1-2 hari setelah hujan atau pada saat lengas tanah pada kondisi kapasitas lapang dan tanah masih cukup keras.

10. Pemeliharaan
• Penyulaman/penjarangan. Penyulaman pada uji multilokasi seyogianya dihindari dan tidak perlu dilakukan penyulaman bila daya tumbuh tanaman pada umur 1-2 minggu setelah tanam minimal mencapai 80%. Bila daya tumbuh tanaman umur 2 minggu setelah taman hanya sekitar 75%, dapat dilakukan sulam pindah, yakni dengan memindahkan tanaman dari rumpun yang berlebih.
• Penjarangan adalah mencabut kelebihan tanaman pada satu rumpun tanaman yang melebihi kebutuhan (misal dari 3 tanaman/rumpun menjadi 2 tanaman/rumpun sesuai dengan rencana penelitian).
• Penyulaman dan penjarangan dilakukan pada periode 1-2 minggu setelah tanam.
• Penyiangan dan pembumbunan. Penyiangan gulma dilakukan 1-2 kali, bergantung pada keadaan gulma. Penyiangan pertama dilakukan 2-3 minggu setelah tanam. Untuk tanaman kacang tanah pada penyiangan pertama dilakukan sekaligus dengan pembumbunan. Penyiangan kedua dilakukan pada 6-7 minggu setelah tanam.
• Pada tanaman kacang tanah, peyiangan kedua dilakukan sekitar 4-5 minggu atau sebelum tanaman berbunga (jangan lakukan penyiangan selama periode berbunga). Penyiangan selama periode berbunga penyebabkan ginofor (bakal buah kacang tanah) rusak.
• Drainase (pengeringan) dilakukan apabila air menggenangi petak pertanaman.
• Pengendalian hama/penyakit pada uji multilokasi lebih diutamakan secara preventif tanpa menunggu timbulnya gejala serangan mulai tanaman berumur 7 hari, berturut-turut dengan selang 7-10 hari dan 5-7 kali semprot selama pertumbuhan tanaman. Namun bila teknisi/peneliti di lokasi percobaan telah mengetahui, terutama adanya hama kacang-kacangan maka pengendalian hama dengan pestisida berdasarkan pemantauan dapat pula dilakukan. Jenis, dosis, dan konsentrasi pestisida sesuai dengan anjuran pada rencana kerja penelitian. Cara pengendalian hama/penyakit secara preventif lainnya seperti penanaman serempak dengan petani setempat, membersihkan sisa bahan organik, membakar sisa tanaman, dan melakukan pengolahan tanah yang cukup dalam juga sangat dianjurkan.

11. Pengamatan
Pengamatan karakter tanaman kacang-kacangan pada uji multilokasi lebih diutamakan pada karakter kuantitatif. Karakter kuantitatif tanaman kacang-kacangan penting yang harus diamati adalah:
 Tinggi tanaman rerata saat panen, diukur pada petak (bukan dari contoh tanaman).
 Umur 50% tanaman berbunga.
 Umur 50% tanaman masak, terutama pada kedelai, kacang hijau dan kacang tunggak.
 Umur panen.
 Hasil biji/petak bersih (tidak termasuk dua barisan pinggir) untuk kedelai, kacang hijau, kacang tunggak, kacang gude dan komak.
 Hasil polong/petak untuk kacang tanah.
 Ukuran biji (g/100 biji atau g/1000 biji), contoh biji diambil secara acak dari hasil benih/petak bersih.
 Jumlah tanaman dipanen/petak bersih.
 Karakter kualitatif tanaman yang perlu diamati adalah: (a) tipe tumbuh; (b) warna bunga; (c) warna biji; dan (d) warna kulit polong (kedelai, k. hijau dan k. tunggak).
 Intensitas serangan hama/penyakit. Intensitas serangan hama secara relatif dihitung dengan rumus berikut:
a
P = ------- x 100%
a + b
dimana:
P = Persentasi serangan
a = Jumlah tanaman atau polong/batang yang terserang hama/penyakit
b = Jumlah tanaman atau polong/batang yang tidak terserang

Intensitas serangan nisbi penyakit dihitung dengan rumus sebagai berikut:
(n x v)
P = --------- x 100 %
(Z N)
dimana:
P = Persentase serangan
n = Jumlah daun yang diamati dari tiap kategori serangan
v = Nilai skala dari tiap katagori serangan
Z = Nilai skala dari kategori serangan tertinggi
N = Jumlah daun yang diamati
Penyakit utama kedelai adalah karat daun, sedangkan pada kacang tanah, kacang hijau dan kacang tunggak adalah penyakit karat dan bercak daun. Cara penilaian dengan skor (nilai skala) untuk penyakit tersebut sebagai berikut:
Nilai Gejala serangan skala Karat Bercak daun
 Tidak ada serangan Tidak ada serangan
 Terdapat beberapa titik/tonjolan kecil pada daun tua. Terdapat beberapa bulatan kering kecil pada daun tua
 Benjolan tersebut masak dan nampak adanya spora. Bulatan kering di atas makin jelas dan nampak adanya spora
 Benjolan kecil dan besar terdapat pada daun bawah dan tengah. Bulatan kering pada daun bawah tengah bertambah banyak
 Benjolan semakin jelas dan besar, menguning dan daun bawah mongering. Bulatan kering pada daun semakin luas dan jalas, daun bawah menguning dan mulai ada yang gugur.
 Seperti pada skala 5 tetapi pembentukan spora amat banyak. Seperti pada skala 5 tetapi pembentukan spora amat banyak. Nilai Gejala serangan skala Karat Bercak daun
 Titik-titik sakit terjadi pada hampir seluruh daun. Daun bawah dan tengah menjadi kering Daun yang sakit mengering dan mudah dilihat dari jarak jauh hampir semua daun terserang, daun bawah dan tengah berguguran
 Seperti pada skala 7 tetapi daun yang kering lebih banyak Seperti pada skala 7 tetapi daun yang kering dan gugur lebih banyak
 Serangan sudah berat sekali, 50-100% daun sudah mongering. Serangan sudah berat sekali, 50-100% daun gugur

12. Pembentukan pupulasi dasar
1. Memiliki keragaman genetik yang luas
2. Nilai tengah sifat yang diseleksi tinggi
3. Memiliki sifat agronomi lain yang baik
4. Memiliki latar belakang genetik yang luas.

13. Pembentukan galur sebagai unit seleksi:
1. Variasi genetik antargalur besar
2. Variasi genetik di antar famili lebih besar dari variasi di dalam famili.
3. Galur yang dibentuk banyak.

14. Cara pembetukan galur:
Tergantung varietas yang dibentuk antara lain dengan:
1. Galur homozigot asal seleksi pedigree
2. Galur homozigot asal seleksi massa
3. Galur homozigot asal famili F2 (ssd, di dalam, atau antar famili).
4. Galur saudara tiri (half sib) dari 'test cross'
5. Galur-galur saudara sekandung (full-sib).
6. Galur S1, S2, S3
7. Galur homozigot yang dikembangkan dari famili/populasi yang telah diseleksi lewat pengujian generasi awal.

Pemuliaan partisipatif melibatkan sedikitnya dua instansi merupakan jawaban atas masalah keterbatasan tenaga pemuliaan untuk melakukan program pemuliaan dalam menghasilkan varietas deskriminatif. Beragamnya lingkungan sentra produksi tanaman kacang-kacangan di Indonesia mengisyaratakan perlunya varietas yang spesifik untuk lingkungan produksi spesifik. Lingkungan produksi spesifik tersebut dapat berupa lahan masam, lahan salin, lahan gambut, lahan basah, lahan kahat hara, lingkungan kekeringan, lingkungan bersuhu rendah/tinggi, lingkungan endemik biotipe hama tertentu, dan lingkungan endemik ras penyakit tertentu.
Pengembangan program pemuliaan partisipatif dapat dilaklukan dengan model partisipasi-penuh atau partisipasi-sebagian, bergantung dari kemampuan dan kesanggupan para pihak terkait. Seleksi melalui uji daya hasil di lahan dan oleh petani dengan menggunakan metode uji satu lawan satu (head to head test), yakni membandingkan satu galur dengan satu varietas pembanding yang diikuti dengan pemilihan lokasi dan petani yang koperatif serta cara pemilihan yang sederhana di Amerika Serikat terbukti dapat menghemat waktu 5,5 tahun atau 2-3 tahun untuk Indonesia. Penerapan metode uji satu lawan satu di Indonesia masih perlu pembahasan untuk kesepakatan.


0 Response to "PENGUJIAN DAYA HASIL DAN UJI MULTILOKASI TANAMAN KACANG – KACANGAN"

Posting Komentar

KOmENtarnya yang bagus ya,,,,,,
kritik dan saran pasti diterima,,,,,,

ImportanT,,,!!^_^

Glitter Text Generator at TextSpace.net